***

“Lia! Udahlah orangnya nggak mau, nggak usah maksa,” bisik Riri, yang cukup bisa untuk didengar Mas Andi.

“Ya udah deh Mas, makasih.”

Mas Andi dan temannya berlalu tanpa kata.

Entah apa yang Riri rasakan, seperti ada yang menggores hatinya dengan pisau yang sangat tajam. Mata Riri memanas, melihat kepergian Mas Andi yang sudah tak terlihat di balik gerbang. Tanpa sadar air matanya menetes, Lia yang melihat itu segera memeluk Riri secara refleks, Lia tahu Riri sedang merasakan yang namanya patah hati untuk pertama kalinya. Saat itu Riri berfikir, kenapa Allah mempertemukan mereka disaat mereka akan berpisah? Kenapa Allah menunjukkan sebuah rasa sakit kepada Riri dengan cara seperti ini? Apa yang sebenarnya Allah rencanakan?

Nanti – Riyuka aka Krisna Wahyu Kumalasari

Desember, tujuh huruf dengan arti dari setiap lafadznya. Huruf-hurufnya berputar mengelilingiku di setiap kakiku melangkah. Mengikutiku sebagai bayangan paling setia. Entah aku harus menyebutnya bulan atau tahun. Jika kusebut bulan apa ini bulan, dimana yang setiap akhir harinya adalah akhir tahunnya. Jika kusebut tahun tidak memiliki tiga ratus enam puluh lima hari di dalamnya. Jika tak kusebut kedua-keduanya maka akan kusebut dengan rahasia iIlahi.

Rasanya mata ini sulit untuk berkedip, beristirahat dari pandangan keadaan yang berada dekat di hadapanku. Aku duduk di atas bangku yang menempel pada jendela depan rumah. Syaraf mataku memerah dengan butiran bening serasa ingin pecah yang sejak tadi ku tahan. Bayangan seseorang bercelana putih tegap berdiri di depan pagar besi dekat dengan bunga matahari. Bayangannya diguyur hujan. Tersenyum manis ke arahku membuat bulu mataku semakin berat menahan genangan air mata. Ku telusuri kisah kecilku bersamanya.

Hujan Bulan Desember - Lilis Setiyorini

Cara Order: Ketik nama lengkap, No hp, Alamat lengkap dan Jumlah buku. Kirim Via Inbox Fb Bebook Publisher atau melalui SMS 082225909054